|

Muslim, Ikhlas dan Adil

Muslim dan Ikhlas[1]

Sudah sepantasnya seseorang itu memilih agama islam untuk diri dan keluarganya. Ikhlas adalah sebuah pilihan bagi diri seorang muslim, memilih keikhlasan adalah sebuah pilihan yang baik. Ikhlas itu dapat dilakukan dimana saja, baik ketika sendiri maupun dihadapan orang ramai tanpa harus menguras energi. Ikhlas tidak harus di realisasikan dihadapan orang muslim dan mu’min saja, walaupun dihadapan orang non muslim ikhlas itu tetap dilakukan.

Ikhlas adalah bahagian penting dalam agama islam dan semua perbuatan dari segala aspek kehidupan manusia. Orang tidak tidak akan mampu beragama islam melainkan karena ikhlas menerima islam dan peraturannya walaupun tidak semaksimal mungkin dalam hal melakukan semua perintah islam, sebab sipemilik agama Islam itu adalah Allah. Tentang sedemikian itu Allah Subhanahu Wata’ala  berfirman:

إِلَّا ٱلَّذِينَ تَابُوا۟ وَأَصْلَحُوا۟ وَٱعْتَصَمُوا۟ بِٱللَّهِ وَأَخْلَصُوا۟ دِينَهُمْ لِلَّهِ فَأُو۟لَٰٓئِكَ مَعَ ٱلْمُؤْمِنِينَ ۖ وَسَوْفَ يُؤْتِ ٱللَّهُ ٱلْمُؤْمِنِينَ أَجْرًا عَظِيمًۭا.
Terjemahannya: Kecuali orang-orang yang tobat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar. (QS: 4: 146)

Dengan sendirinya seorang muslim itu akan mengerjakan semua perintah Allah yang termaktub didalam Al Quran dan sunnah Rasulullah. Dengan begitu maka jadilah seseorang itu seperti sebutan Allah di dalam Al Quran:

وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ.
Terjemahannya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, (QS: 98: 5)

Inilah yang diperintahkan oleh Rasulullah Saw dengan ungkapan Allah Swt:

قُلْ إِنِّىٓ أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ ٱللَّهَ مُخْلِصًۭا لَّهُ ٱلدِّينَ.
Terjemahannya: Katakanlah: "Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama. (QS: 39: 11)

Seorang muslim tentunya sudah mengetahui bahwa ikhlas itu hanya dia dan Allah saja yang tahu. Sebagaimana dikatakan oleh orang sholeh: Seorang raja tidak akan mampu untuk menuliskannya, Syetan tidak akan mampu merusaknya dan manusia tidak akan mampu untuk menunjukkannya.

Manakala amal ibadah seseorang itu jauh dari sifat riya dan mencari reputasi maka ia diterima. Oleh karena itu Rasulullah bersabda didalam hadits qudsi: Allah swt berfirman: Aku adalah yang paling kaya dari semua sekutumu, barang siapa beribadah kepadaku dengan sekutu yang lain, maka sesungguhnya yang menciptakan sekutunya itu adalah aku, sedangkan amal ibadahnya itu bagi sekutunya. (Hr. Ibn Majah)

Berkata Abi Sa’id bin bin abi Fadlah, aku mendengar Rasulullah Saw bersabda: Manakala Allah telah mengumpulkan orang-orang pada hari kiamat yang tidak diragukan lagi keberadaannya maka diserulah orang-orang dan berkata: Barang siapa yang beribadah kepada selain Allah maka mintalah balasan ibadahmu kepadanya. Sesungguhnya Allah itu maha kaya dari sekutumu. (Hr. Tarmizi, Ibn Hibban dan Baihaqi)

Didalam sebuah hadits dikatakan: Allah tidak melihat bentuk jasmanimu dan tidak pula melihat rupamu, dan akan tetapi Dia melihat kepada hatimu. (Hr. Imam Muslim)

Tentang hal ini Rasulullah juga mengatakan: ’Sesungguhnya seluruh amal itu tergantung kepada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai niatnya. Oleh karena itu, barangsiapa yang berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang berhijrah karena (untuk mendapatkan) dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya itu kepada apa yang menjadi tujuannya (niatnya) (Hr. Imam Bukhori dan Muslim)

Seorang muslim akan mengintropeksi dirinya dengan mengingat perkataan Rasulullah, dari Abu Hurairah ia berkata: Aku mendengar Rasulullah berkata: Pada hari kiamat nanti orang yang pertama diadili adalah orang yang mati syahid, maka ia pun dihadapkan dan dibeberkan semua amal ibadahnya selama didunia, maka Allah bertanya: kenapa engkau mengerjakan itu?. Orang itu menjawab: Aku membunuh karena Engkau. Setelah ia menjawab Allah berkata: Engkau bohong, engkau mau berperang agar dikatakan orang pemberani. Maka Allah perintahkan agar ia diseret mukanya keneraka. Kemudian dihadapkan orang yang membaca Al Quran dan menuntut ilmu dan mengamalkan ilmunya. Maka dipaparkan semua amal ibadahnya, maka Allah bertanya kepadanya: Kenapa engkau mengerjakan itu?. Orang itu menjawab: Aku belajar dan mengajar serta membaca Al Quran karena Engkau. Allah berkata: Engkau bohong, engkau melakukan semua itu agar dikatakan orang alim dan orang yang membaca Al Quran. Maka Allah perintahkan agar mukanya diseret keneraka. Kemudian dihadapkan orang yang telah diberi kelapangan dan menafkahkan sebahagian hartanya. Maka dipaparkanlah semua perbuatannya. Allah bertanya kepada orang itu: Kenapa engkau lakukan itu: Orang itu menjawab: Tidaklah aku infakkan hartaku kecuali karena Engkau. Allah berkata: Engkau bohong, engkau melakukan semua itu agar dikatakan orang yang dermawan. Maka Allah perintahkan agar wajahnya diseret keneraka. (Hr. Muslim, Nasa’i dan Tarmizi)

Ketika seorang muslim membaca dan mengingat hadits di atas, maka ia akan menjadi orang yang ikhlas dalam segala amal dan perbuatannya, lain halnya jika ia jadikan Syetan menjadi penolongnya, maka pahala itu akan haram baginya.

Muslim dan Keadilan

Seseorang ketika hatinya lapang (Tidak marah) dan sempit (Marah) sungguh berat baginya untuk berbuat adil. Sebab keadaan itu adalah salah satu faktor untuk mendukung seseorang dalam hal melakukan sebuah keseimbangan. Mungkin sulit untuk melapangkan hati ketika marah. Sementara keseimbangan itu sangat dibutuhkan dalam segala aspek. Sedangkan suasana hati hanya meliputi dua hal itu saja. Yang menjadikan dua hal itu terjadi adalah sebab. Sebab yang membuat hati itu lapang sangat banyak, begitu juga halnya sebab yang menjadikan hati menjadi sempit.

Seorang muslim sudah sepantasnya bisa menyeimbangkan dirinya ketika keadaan hatinya lapang dan sempit. Sebab ia mengetahui sisi negativ yang akan ia terima, baik di dunia dan akhirat nanti.

Seseorang itu bisa saja terjerumus kepada kezaliman ketika hatinya lapang maupun ketika hatinya sempit. Contohnya seseorang itu memakan harta orang lain dengan cara yang tidak dibenarkan oleh islam. Sipelaku merasa senang dan lapang dadanya karena keuntungan, disisi lain sikorban merasa dizalimi.

Rasulullah pernah berkata kepada para sahabatnya: Apakah kalian mengetahui apa itu Muflis?. Para sahabat menjawab: Muflis itu adalah orang yang tidak memiliki uang dan tidak juga memiliki sesuatu yang menyenangkan. Rasulullah berkata: Muflis itu adalah: Ketika seseorang dihadapkan pada hari kiamat nanti dengan segala amal ibadahnya, baik itu sholat, puasa dan zakatnya, maka pada saat itu ia berhadapan dengan orang yang pernah dicaci, difitnah, dimakan hartanya dengan cara yang batil, dibunuh dan dipukulnya, maka semua hasil ibadahnya itu diberikan kepada mereka semua, sehingga ia tidak memiliki sedikitpun hasil daripada amal ibadahnya sehingga ia dilemparkan keneraka. (Hr. Imam Muslim)

Rasulullah juga bersabda: Waspadalah kamu dari doa orang-orang yang terzalimi, sebab tidak ada hijab antara dia dan Allah. (Hr. Muttafaqun A’laih)

Rasulullah memerintahkan kita agar menolong orang yang menzalimi dan yang terzalimi, sebagaimana sabdanya: Tolonglah saudaramu yang telah berbuat zalim dan yang dizalimi, maka seseorang berkata: ya Rasulullah, aku hanya akan menolong orang yang dizalimi dan bagaimana aku akan menolong orang yang zalim?. Rasulullah menjawab perkataan orang itu dengan: Cegahlah ia untuk berbuat zalim, itu adalah cara untuk menolong orang yang berbuat zalim. (Hr. Bukhori)

Seorang muslim harus mewanti-wanti dirinya agar tidak menzalimi sesamanya, baik ketika marah ataupun tidak, agar ia tidak termasuk dalam firman Allah:

إِنَّ ٱلظَّٰلِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ.
Terjemahannya: Sesungguhnya orang-orang yang lalim itu mendapat siksaan yang pedih. (QS. 14: 22)

Rasulullah berkata: Sesungguhnya Allah akan menggenggam orang yang zalim, ketika Ia mengambilnya, maka tidak akan bisa lepas lagi. (Hr. Muttafaqun A’laih)

Allah berfirman: وَكَذَٰلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَآ أَخَذَ ٱلْقُرَىٰ وَهِىَ ظَٰلِمَةٌ ۚ إِنَّ أَخْذَهُۥٓ أَلِيمٌۭ شَدِيدٌ.
Terjemahnya: Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras. (QS. 11: 102)

Seorang muslim tidak akan berbuat kezaliman walaupun ia mampu untuk melakukannya, sebab ia mengetahui bahwa mata orang yang dizaliminya tidak akan bisa tidur lelap, walaupun yang menzalimi itu bisa tidur dengan tenang, sedangkan Allah tidak pernah tidur. Seorang muslim akan selalu mengingat firman Allah:

إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُ بِٱلْعَدْلِ وَٱلْإِحْسَٰنِ وَإِيتَآئِ ذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ وَٱلْبَغْىِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ.
Terjemahannya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (QS. 16: 90)

Jika seorang muslim itu dipercayakan sebagai seorang hakim, ia harus berlaku seadil-adilnya ketika menetapkan sebuah hukuman bagi orang-orang yang dihakiminya. Sebab keadilan harus diletakkan pada tempatnya. Allah berfirman:

وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَـَٔانُ قَوْمٍ عَلَىٰٓ أَلَّا تَعْدِلُوا۟ ۚ ٱعْدِلُوا۟ هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ.
Terjemahannya: Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. (QS. 5:8)


  





[1] Isi semua tulisan ini ada yang diambil dari buku wasiat rasul, sisanya tulisan penulis (Batak medan).


Muhammad Syafii Tampubolon | Buat Lencana Anda



Mungkin Anda Perlu Membaca Artikel Dibawah Ini:



Dipostkan Oleh Hosting Syafii on 23.57. Dengan Judul . Sahabat dapat mengikuti artikel ini melalui RSS 2.0. Terimakasih telah menyempatkan waktunya untuk membaca artikel ini. Jangan lupa tinggalkan pesan dibawah, semoga pesan sahabat bisa membuat kami lebih semangat untuk menambah artikel-artikel selanjutnya

0 komentar for "Muslim, Ikhlas dan Adil"

Leave a reply

1- Bahsa Jiwa 2- Cinta Dalam Cinta 3- Cinta Seorang Kekasih 4- Harapan Bertepi 5- Kaca Yang Berdebu 6- Sejatinya Cinta 7- Senandung Rindu 8- Shalatlah Dek 9- Shalawat 10- Teman Sehati 11- Unique
Select All, Ctrl+C, Pastekan Diblog Sahabat

Jika para sahabat sudah memasang banner saya diblog sahabat, silahkan klik button dibawah ini kemudian kasih pesan bahwa sahabat sudah menempelkan banner saya di alamat blog saya yang http://1xmabsul08.blogspot.com. saya ucapkan terimakasih banyak

Komentar Mereka

Artikel Terbaru